Halaman

Rabu, 19 Juni 2013

Kesetiaan

Terdengar nyanyian jangkrik di malam hari
Alunan air berdendang mengiringi malam ini 
Lentera membumbungi langit
Sang bintang pun tersenyum 
Para penyair pun mulai menyiapkan pena
Mulai bersyair bersama dinginnya kegelapan

Lebih dari seribu malam kita lewati bersama
Sepasang kaki yang berjalan dengan tujuan yang sama
Satu genggaman di selah-selah jemari ini
Masih terhias oleh jemari mu
Mimpi yang masih sama 
Untuk satu tujuan yang tak tahu apa wujudnya

Pelukan hangat sang mentari 
Merangkul kebersamaan kita
Indahnya taman bunga mengalahkan
Keunikan tingkah kita 
Burung-burung di udara menari 
Seolah ikut dalam kebahagiaan dua insan
Yang sedang bermimpi akan kebersamaan yang di inginkan
Untuk terus hadir dalam setiap harinya

Sesuatu yang tak bisa kita lihat
Wujud yang tak tampak
Hal yang bisa kita sentuh
Bisikan yang tak terdengar
Namun yang bisa kita rasakan
Bernama kesetiaan
Ia adalah kunci dari segala kehidupan
Persahabatan, keluarga bahkan Cinta

Yah, aku dan kamu pernah berjanji untuk setia
Harapan ku adalah apa yang menjadi pegangan ku
Namun apa kah yang aku pegang kau genggam juga
Aku masih merasakan kesetiaan itu lewat apa yang terjadi
Dalam setiap kisah kita bersama
Jadilah apa yang ku mau Sayang
Sabarlah untuk menanti waktu yang indah
Ini hati ku untuk kau miliki
Ini pembuktiaan ku untuk semua mimpi kita

Minggu, 16 Juni 2013

Keterpurukan

Masih sulit untuk beranjak dari kasur empuk ini
bukan karna rasa malas yang ada tapi pertanyaan yang terus menghampiri ku
Kaki ku terasa lumpuh karna aku berjalan di atas kerikil tajam
Aku malu pada diri ku yang tak mengerti atas kejadian semalam
aku terpaku dan terdiam melihat kau pergi tanpa mencegah langkah kecil mu
Hari-hari aku lewati dengan hanya ketidakjelasan, ketidakpastian
dan cukup aku tuangkan dalam buku diary yang masih setia
untuk ku lukai dengan pena hingga tubuhnya habis dengan cerita ku

Secangkir vanilla masih menguasai lidah ku
di temani biskuit kecil yang menjadi penguasa atas perut ku
Aku masih kembali tertegun di bangku taman dan segera kembali
ke ruangan putih di setiap sudutnya dengan pernak-pernik biru
ya tepatnya itu adalah kamar ku
***

Bintang mulai bermunculan bergegas aku melihat ke jendela kamar
menghirup sejuknya udara dan menghela nafas perlahan
Ku perhatikan keseluruhan langit dan menikmati oksigen yang aku hirup sendirian
tanpa perduli tumbuhan di luar sana pun bersaing dengan ku
untuk mengambil partikel-partikel oksigen tersebut
Aku menghitung semua bintang dan menerka mereka saling berpasangan
namun ada satu bintang yang jauh dari keramaian langit
ia bersinar cukup terang dan menyita perhatian ku
Aku berkata...
" ini tak adil mengapa bintang itu sendirian sedangkan yang lain berpasangan"
aku mulai memaki bintang yang lain dengan nada keras ku


Aku segera bergegas ke tempat tidur ku
karena aku tak ingin melihat bintang yang malang itu
Aku masih enggan tidur bukan karna aku mempunyai tugas laporan akhir yang banyak
tapi aku masih memikirkan kebodohan diri ku
Aku meratapi keterpurukan kisah ku dan kisah kita
dan aku masih menunggu pesan singkat dari mu
yang biasanya menenangkan ku untuk pergi ke pulau mimpi
Aku masih menatap ponsel ku berharap nama mu muncul di ponsel ku
untuk beberapa menit saja membisikan "aku merindukan mu"
Tak kunjung ku temukan nama mu di ponsel ku
air mata mulai berlabuh dalam kedinginan malam
dan badan ku mulai merasa lelah

"Aku mencintai mu sama seperti aku mencintai diri ku"
itu bohong nyatanya aku lebih mencintai diri mu
aku tak mencintai kebahagiaan diri ku
Tak ada lagi ku dengar celotehan mu, kejadian bodoh kita
petikan gitar dan nyanyian yang kau beri untuk ku di ujung ponsel di sana
Aku bodoh membiarkan mu pergi setelah perjuangan yang ku lakukan
Tak sadarkah kau bodoh aku terpuruk menanti kepastian mu.
"dasar cowok bodoh kau pikir aku bisa kau permainkan aku berjuang sendirian kau pikir aku apa!"
Kata yang memiliki nada tajam berhasil membuat emosi ku meluap
Aku tertawa melihat kau diam dan tak punya kata-kata
Kau bertanya dan memutuskan semua keputusan di tangan ku
sadarkah kau, aku menangis dalam hati membohongi diri ku dengan emosi ku
Kau membebani batin ku setelah meminta ku
tetap menunggu hingga kau beri aku kabar
Sekarang kau membebani ku dengan pertanyaan mu
Apakah masih ingin ku lanjutkan kebersamaan kita

Aku memang mencintai mu tak sedikit penyesalan dalam diri ku
Namun yang ku selali aku harus berbohong untuk mengikhlaskan kebersamaan
yang aku perjuangkan sementara kau tidak
Tapi apakah aku harus terus terpuruk merindukan mu
di balik jeruji besi dan sel yang dingin ini
Mungkin ini semua terlihat belebihan di mata mu
namun pernahkah kau berpikir apa yang sudah ku perjuangkan
apa yang ku lakukan demi kisah kita
Kau tak mersakannya bodoh.
hingga mudah bagi mu melepas ku dan pergi bersama kebahagiaan mu
Aku menikmati keterpurukan ini dari malam menyapa fajar
Hingga fajar pun menyambut malam

Bagi ku bahagia ialah dimana kamu yang
Aku perjuangkan dengan doa di setiap detiknya memperjuangkan ku juga
Dan kamu yang aku cintai masih mencintai ku juga
Dan semua mimpi konyol kita yang masih terus menjadi buah bibir di setiap percakapan kita
Aku tak meminta kehadiran mu dalam diri ku
Jika aku tahu mencintai mu sesakit ini
Jika menunggu mu harus seterpuruk ini
Aku sudah pergi lebih dulu sebelum kau berbalik dan melemparkan pertanyaan
Kejelasan kisah kita yang kau hancurkan
Jika kamu ingin tahu rasanya di sakiti
Tengonglah hati ku yang masih basah akan luka pemberian mu.

Aku membiarkan mu pergi karna kebahagiaan mu
Aku tak ingin mendengar janji mu yang hanya membuat air mata ku mengalir
Ini alasan ku tak cukupkah kau puas
Membuat aku seolah menjadi pembohong
Puaskah kau.....